Senin, 29 Oktober 2012

Bram Stoker's Drakula Review

Film jadul, nih, tapi anehnya saya belum sempet nonton sampai abis. Akhirnya kemarin saya membulatkan tekad buat mantengin nih film di Bioskop Trans TV dan woots, saya suka!
Film yang diproduseri oleh Francis Ford Copolla ini dirilis tahun 1992. Nah saya aja belom lahir. Dibintangi oleh Gary Oldman sebagai tokoh antagonis, Winona Ryder sebagai Mina, Anthony Hopkins sebagai Van Helsing (jangan salah, Van Helsing di sini gak seperti Van Helsing-nya Hugh Jackman, ugh) dan Keanu Reeves (mbacain sambil teriak histeris *.*) sebagai Jonathan Harker, tunangan Mina. Ya, seperti horror dracula kebanyakan (ya kan film ini jadi role model-nya film jaman sekarang), awalnya kita disuguhkan cerita Pangeran Drakulea di tahun 1462 yang berjuang demi gereja, tetapi merasa tekhianati dan menyalahkan Tuhan karena kematian istrinya, Elisabeta. Ia pun menusuk salib di kapel, meminum darah dan bersumpah akan membalaskan dendam Elisabeta.
Cerita pun berlanjut ke tahun 1800an di kota London. Ternyata di Pangeran Dracula ini menginginkan sebuah tanah di London dan mewajibkan Jonathan Harker untuk pergi ke Transylvania mengurus tanah dan pembangunannya. Well, cerita berjalan lambat. Jonathan lama-lama menyadari keanehan Dracula (ya emang aneh kali dari awalnya, dandanannya aja aneh) diam-diam Dracula menaruh kekaguman pada tunangan John bernama Mina, karena ia percaya Mina adalah reinkarnasi Elisabeta. Jonathan pun disekap sementara Vlad Drakulea berlayar ke London untuk mengejar cinta sejatinya yang dia yakini adalah Mina. 

Di sinilah tensi mulai beranjak naik, kedatangan Dracula membawa banyak petaka. Teman Mina, Lucy pun menjadi korbannya. Ia menderita penyakit anemia aneh dan berubah menjadi Dracula. Prof. Van Helsing pun ikut turun tangan dan membuat semuanya semakin seru! :D
Menurut saya, gak salah Bram Stoker's Dracula menjadi salah satu film terbaik sepanjang masa. Buktinya di tengah kemodernan effect, CGI, toh saya masih merasa film yang satu ini memikat baik segi artistik, penokohan, maupun ceritanya. Bram Stoker's Dracula berhasil mengembalikan keanggunan, kemisteriusan dan keeksotisan vampire yang sebenarnya, setelah film-film modern seperti *piiip* *poooop* dan *peep* mencederai sosok vampire menjadi makhluk melankolis ataupun menjijikkan.


[SPOILER ALERT!]
Akhir film ini? Well, happy ending kok. Mina dan Vlad Dracula mati bersama di bawah salib dan hilanglah semua kutukan Dracula. Mereka pun mati dengan tenang *hapus air mata*

REC 3 Genesis Review

Bosan dengan film zombie Hollywood yang terkesan itu-itu saja? Film garapan sutradara Spanyol ini bisa menjadi alternatifnya. Gimana kalau gaya mockumentary (found footage) Paranormal Activity digabung dengan cerita zombie yang gory abis? Wallaaa, lahirlah REC!
Sebenernya saya udah jatuh cinta dengan trilogy ini sejak film pertamanya yang sangat nggigit dan anti mainstream. Bener-bener REC garis keras deh, saya tuh. Yap, dua sutradara jenius Paco Plaza dan Jamie Balaguero sukses membuat dua sekuel pertama Rec menjadi film zombie terbaik. Kali ini saya akan mengupas sekuel terbarunya, REC 3 Genesis yang konon katanya menjadi jembatan REC 4 Apocalypse *gak sabar nunggu*

Berbeda dengan dua sekuel pendahulunya yang bercerita tentang karantina di sebuah apartmen berisi zombie-zombie kelaparan yang mengincar Angela Vidal dan kawan-kawan, REC 3 membawa kita ke pesta pernikahan Koldo (Diego Martin) dan Clara (Leticia Dolera) yang seharusnya dan memang menjadi pesta pernikahan yang gak akan terlupakan. Semua berjalan baik dan romantis sampai akhirnya paman Koldo yang sedang sakit, muntah darah dan tiba-tiba menyerang semua tamu pesta. Kekuatan cinta Koldo dan Clara diuji. Akankah cinta yang kuat mempersatukan mereka ditengah kejaran zombie kelaparan? 


Film ini 30 % romantis-religius dan 70% menegangkan. Sayangnya, Paco Plaza menyacati dan merubah trilogy spektakuler ini menjadi remaja labil yang kehilangan jati diri. Kenapa? Paco Plaza yang tidak didampingi oleh Jamie Balaguero ini menghilangkan effect mockumentarynya. Jujur, saya sangat kecewa-apa bedanya REC 3 dengan film zombie lain? Walau didukung dengan effect sempurna dan gambar yang enak dipandang, saya lebih suka effect goncangan-goncangan kamera Pablo dan sensasi "kecacatan" dari mockumentary yang terkesan sangat real.
REC bukanlah [REC] tanpa mockumentary. Cerita yang indah, romantis, religius sekaligus menegangkan tidak bisa mengobati kekecewaan saya. Yaa, emang bagus ide cerita REC kres 3 ini, malah perfect buat Anda yang mengidamkan cerita Romeo dan Juliet yang Julietnya berubah jadi zombie.... Akting Dolera dan Martin juga bagus, berhasil membuat saya meneteskan air mata dan jijik dalam waktu bersamaan. Tapi tetep aja saya mengidamkan mockumentary, bukan film drama. Dan romantisme plus gory gak cukup menggantikan dua sekuel pendahulunya yang..... benar-benar membuat pecinta film zombie seperti saya menemukan angin segar di tengah perkembangan film zombie yang monoton. Namanya juga jembatan menuju REC 4 Apocalypse... yah, bisa dipahami sih. 
 

[SPOILER ALERTS!]
Apa yang terjadi dengan janin di perut Clara saat ibunya berubah menjadi zombie? Hmm, mungkin ini jawaban atas alur di REC 4 *sotoy*

Minggu, 28 Oktober 2012

REC 3 Genesis Review

Satu hal yang saya pelajari dari film ini : Jangan under estimate suatu film karena opening scene nya!


Marty: Ok, I’m drawing a line in the fucking sand. Do NOT read the Latin!

Awalnya saya cuma iseng aja download film ini, maklum waktu itu The Cabin ini baru saja dirilis tapi udah keluar blu-rip nya. Tentu sebuah kesempatan besar buat orang yang jarang ke bioskop seperti saya. Ya, berbekal untung-untungan dan hati deg-degan, akhirnya saya memulai petualangan aneh di film ini. Penasaran?

[SPOILER ALERT!]

Dimulai dari opening scene yang mengingatkan saya dengan effect-effect film garapan Ti West. Tulisan bold merah besar "The Cabin In The Woods"dan scene dua karyawan (Richard Jenkis dan Bradley Whitford)  bersenda gurau cukup membuat saya ilfeel dan takut salah download film. Bener-bener terkesan kayak film jadul berbudget rendah.

Rasa khawatir saya berangsur-angsur hilang saat scene menyorot sekumpulan remaja yang berencana untuk liburan ke sebuah Cabin. Saya merasa scene ini seperti "10 years forward" dari scene jadul yang tadi saya bicarakan, padahal dua scene itu dilakukan di saat yang sama. LOL
Ya, seperti remaja kebanyakan, mereka mulai melakukan pesta gila dan bersenang-senang. Mereka adalah Curt (Chris Hemsworth) dan teman-temannya, Dana (Kristen Connolly), Jules (Anna Hutchison), Marty (Fran Kranz), dan Holden (Jesse Williams). Nah, apa hubungan dua orang karyawan, gambar-gambar darah di opening scene dan remaja tadi? Ternyata dua orang tadi adalah karyawan dari sebuah perusahaan yang bersekutu dengan setan dan bertugas mengatur sebuah kisah horror dengan teknologi tinggi (penyemprotan hormon feromon ke sepasang remaja, cctv, pengaturan suhu, dll) yang mereka punya di seluruh belahan dunia. Dan malangnya lima remaja tadi menjadi salah satu pemeran di kisah horror yang mereka buat dan pilih sendiri. Plot yang gila? Iya!

Saya kagum dengan penulis naskah sekaligus sutradara Joss Whedon dan Drew Goddard, yang mampu membuat tagline You Think You Know The Story benar-benar menjadi premise penunjang rilis sekaligus kekuatan di film ini.
Over all, The Cabin in The Woods menjadi film overrated yang wajib ditonton tahun ini. Bagi Anda penggemar mind blowing dan twist ending, film ini pasti membuat Anda berdecak puas. Dua puluh menit terakhirnya terangkai klimaks dan apik. Bosan dengan film horror kebanyakan? Cabin in The Woods adalah jawabannya.

Rabu, 24 Oktober 2012

Duh

Rabu, 24 Okt 2012

Saya gak tau nih saya kenapa..... Tiba-tiba saya takut ke sekolah hari ini dan ternyata.... Ada kejadian gitu. Duh, saya anti kalo berurusan sama yang beginian. Saya takut dan saya merasa sangat-kurang iman karena itu. Tapi manusia wajar kan punya rasa takut? Yaudah deh lupain aja yang tadi terjadi. Toh, saya juga gak ngelihat apa apa.
Saya lanjut curhat ya. Tadi mama saya tiba-tiba bilang kalau saya kasar. Ya, ini bukan yang pertama. Saya gak tau Beliau kenapa. Saya sama orang yang mengabaikan orang lain kasaran mana? Saya gak berharap jawaban, karena apapun jawaban gak akan merubah saya. Nada bicara saya emang tinggi kalau tersinggung. Toh semua orang juga gitu. Terus kenapa saya dibilang kasar kalau bahkan Beliau pun kayak gitu? Apa saya terlalu mudah marah? Ya, cap saja saya apapun yang Anda mau. Tempelkan saja semua prasangka itu pada saya. Toh juga gak akan merubah apa-apa. Toh hidup saya juga masih berjalan. Saya orang yang pernah berpura-pura. Saya orang yang pernah meniru orang lain untuk mendapat perhatian. Saya sudah tau rasanya, jadi tolong, jika ingin saya berubah, jangan paksa saya berpura-pura. Bantu saya. 
Duh, tiba-tiba saya merasa pengecut karena gak berani bilang ini ke Beliau. Ya, kalau saya berani bilang pasti gelar saya bukan penulis tapi pembicara dan motivator, ya kan?

Saranae Siblor Thai Movie

Halo! Saya mau cerita tentang film yang baru aja saya tonton nih. Judulnya Saranae Siblor!

Saya cuma dapet film ini dari temen, awalnya sih saya kira Saranae Siblor tuh Another Romantic Films by Mario Maurer. Ternyata saya salah. Salah besar! Ini film beneran-suer-deh-gak-boong ngebuat saya menjerit saking ketawanya. Yap, film ini ber genre komedi ternyata. Saya emang agak kecewa setelah tau saya gak bakal melihat adegan Mario menatap dalam mata si cewek dengan tatapan yang saya harap buat saya, tapi film ini bener-bener sukses mengobati perasaan kecewa.
Bercerita tentang Ake (Mario Maurer) yang disuruh berguru pada Paman Che, si pengemudi truk roda sepuluh (Nakhorn Silachai) karena ayah Ake menyangka dirinya gay soalnya si Ake gaulnya sama cewek-cewek dan aktivitasnya sebagai pemandu sorak (bisa bayangin Mario Maurer jadi pemandu sorak? LOL)
Nah, opening film ini membuat saya gak bisa menebak gimana karakter Ake sebenernya, karena dia cool banget waktu turun dari angkot-angkot Thailand tentunya- dan menelpon seseorang >.< eh ternyata, saat Siblor (truk paman Che) dateng, Mario, eh, Ake starts screaming like women and... LOL it was cute.



AND he is screaming again.....


Singkat cerita, Paman Che ngajarin cara-hidup-sebagai-pria-sejati yang well... Saya lebih suka Ake jadi pria unyu dari pada jadi kayak Paman Che. Petualangan mereka mempertemukan Ake dan cashier girl 7/11 yang kita gak akan tau siapa namanya. And Ake starts fall in love with her. Tuh kan, Ake bukan gay! *marahin papanya Ake* #eh
Back to stories, siapa sangka petualangan mereka yang berat dan penuh liku dipenuhi dengan hantu-hantu  yang konyol tapi juga ngebuat saya tutup mata ngeliatnya.... Yah, saya sendiri gak tau film ini mau dibawa ke mana sama si sutradara Nareubadee Wetchakam tapi saya menikmati detik-detik rasa penasaran saya kok. Emang kalo dilihat dari story line-nya, film ini kayak campur aduk gak karuan. Komedi? Iya. Horror? Iya. Action? sedikit, ditambah bumbu percintaan di mix jadi satu. Eksekusinya terbilang cukup menghibur dan gak akan terlupakan kok. Tunggu aja kejutan di akhir cerita. Kalo saya sih ngerasa terhibur dengan penampakan zombie, hantu, dan robot ala transformers plus biksu-biksu yang mengingatkan saya dengan ustadz di film Suzanna :) 

Screenshots



Keranjingan Mario Maurer

Kyaaaa saya lagi jatuh cinta. Sama siapa? SAMA MARIO MAURER!

Bagi Anda yang belum tau siapa itu Mario Maurer, dia adalah bintang utama film Thailand berjudul Crazy Little Things Called Love, Saranae Siblor, Love on That Day (China film) dan The Love of Siam. 

Well, saya pengen cerita nih, gimana awal saya "ketemu" dengan si cakep blasteran Thailand-China-German ini......





Film pertama yang saya tonton dan dibintangi dia adalah Crazy Little Thing Called love. Klise sih ceritanya, tentang gadis buruk rupa yang jatuh cinta sama "pangeran" tampan dan woots, gadis itu berubah jadi cantik jelita. Tapi sang sutradara Puttipong Pormsak, gak membiarkan film ini berakhir dengan mudah. Duuuuh, kalo saya kebanyakan cerita nanti malah spoiler dong >.< pertama kali liat film ini saya langsung jatuh cinta sama ayang Mario. Gimana gak jatuh cinta, dia meranin karakter yang manly banget..... Tipe cowok yang-saya-sangat-pengen-jadi-masa-depan-saya.
Tapi, apa saya jatuh cinta hanya karna karakter dan wajah tampannya? Ternyata tidak, saudara-saudara. Baru-baru ini saya baru saja nonton film si ganteng ini berjudul Saranae Siblor. Komedi yang ditawarkan film ini agak kasar, tapi bisa ngebuat saya menjerit, ketawa, dan takut di satu film. Ngeri bener :)) dan believe it or not, Mario berperan jadi cowok melambai yang.... Totally cute. Em, don't blame at me *melipir*
Percaya deh, Anda gak akan bosen ngelihat scene di film ini ataupun scene yang berisi Mario Maurer njerit, pasang tampang gay (yang menurut saya sangat unyuuuuu) karena di film ini dia gak gay, cuma dituduh ayahnya gay dan disuruh "berguru" sama Paman Che si ten wheels rider biar dia bisa jadi the real man.

Crazy Little Thing Called Love
Saranae Siblor


Beda banget gak? Hahaha

See? Saya kalau udah suka sama orang bukan karena dia cakep apa enggak, kelakuan dia kayak gay aja saya tetep suka #eh #ngelantur

Selasa, 02 Oktober 2012

Layar Putih, Kamu Masih di Sana?

Aku harus selalu menang. Kata ego pada otak. Aku akan selalu diatas. Dia mengulanginya lagi. Mendengar hal itu, bumi menunduk dan berkata. Aku menang atasmu.

Hai, lama gak ketemu, ya, Layar Putih. Banyak banget yang sebenernya pengen aku ceritain ke kamu. Banyak banget. Tapi di sini aku belajar untuk menutup mulut dan menyimpannya sendiri. Tau gak, sekarang aku lagi bingung mau nulis apa lho, Yar. Hehe
Kamu tau gak aku paskib? Kaget gak waktu denger aku mau jadi paskib? Aku sendiri juga bingung kenapa mau. Mungkin gara-gara orang itu. Ya, orang yang ngebuat aku rajin latihan. Konyol ya, gimana rasa suka bisa merubah pendirian. Atau akunya aja yang terlalu bodoh dan gampang ikut arus? Entahlah, Yar. Hehe, kamu ngerti aku, kan, Yar? Maaf ya kalo aku suka ngomong hal-hal gak jelas. Tuh kan sekarang aku lagi ngomong hal yang gak jelas............................. Hehe 
Udah-udah balik ke yang tadi. Kamu tau gak paskib itu diapain aja? Hehe, disiksa? Gak juga. Aku kan kuat, dikayak-gituin juga gak bakal pingsan. Paling sampe rumah tepar. Disuruh jajong, knee-up di aspal (alhasil telapak tangan dan lutut lecet semua) dan yang gak kalah sensasional dijemur di balai kota. Kamu tau gak aku pengennya jadi paskib provinsi, bukan kota? Iya, akhirnya aku terjebak di kota, dengan penyiksaan yang lebih berat. Haha. Tapi emang dasar akunya yang gak mau kalah sama keadaan, makanya aku gak pernah pingsan atau istirahat waktu latihan. Prinsipku sih, "Hadapi apa yang harus dihadapi," Yaudah, hadapi penyiksaan dengan kuat. Gak ada kata nyerah!
Yang penting sekarang aku udah bebas kan yaaa :) Tau gak, Yar, ada yang bilang kalo kulitku eksotis, lho. Kulitku yang kecoklatan dibilang eksotis dan bagus, coba._______. Wah, puji Tuhan ya.....*kemudian cari bule nganggur* #eh -__- ini pasti gara-gara kelamaan dijemur, deh.
Menurutku, banyak sih, hal-hal (seperti pelatihan paskib dan kewajiban yang jadi nama-tengah-nya Padmanaba) yang sekarang ngerubah aku. Dan aku bersyukur, masih diberi kesempatan untuk mencicipi hal baru. Kita harus lihat segala sesuatu dari kacamata positif, kan? Nah ini aku udah dikasih sama Tuhan kacamata bagus lensa positif, makanya semuanya kelihatan indah.......
Sekarang yang harus dilakukan hanya melihat sekitar dengan kacamata positif. Walau aku di bawah dan bumi di atasku, hidupku masih indah-indah aja, tuh.

Dari Masa ke Masa





Ini aku dalam fase imut. Kalo gak salah kelas 2 SMP. Bareng Brian nih, cakep, kan? :3

Ini aku kelas 3 SMP. ya ampun, posenya -_-
Nah ini udah kelas 1. Kenal sama 2 makhluk ajaib bernama Lucek dan Gegek.


Pertengahan kelas 1 SMA. Rambut mulai dipotong. Banyak yg mengecam, tapi yaudahlah :3


Jengjengjengjeng. Rambut dipangkas dan alhasil jadi GAK ADA SATU JARI DI BAWAH TELINGA!














Ini bareng temen-temen Paskib. Masih pendek rambuitnya :')


















Hai, ini aku yang sekarang ;)
Ini versi yang agak cantikan dikit. Itu sampingku namanya Kandida