Jumat, 28 April 2017

A-normali

Tombol keyboard hitam yang memanggilku kini menang. Ya, menang. Mereka membuatku kembali. Sebelum ini aku banyak terdiam, tak terlalu jelas apa yang kulakukan. Makan, mandi, membaca catatan kuliah, berkumpul bersama kawanan. Lima puluh persen menatap layar handphone, mungkin; menjadikanku tidak produktif. Aku ingin.. banyak hal. Namun yang kulakukan? Nol besar.
Aku ingin berdiri di atas kakiku, namun selama ini aku memijak sebuah bayangan.
Aku ingin menjadi pohon yang tumbuh dan berbuah, namun ternyata mandul
Aku ingin..... berkata sesungguhnya aku benci mencari alasan atas ketidakberhasilanku.

Aku gagal, karena aku. Aku berhasil juga karenaku. Kuakui ada kekuatan yang jauh lebih besar menyelimutiku namun kuyakin Ia baik. Ia menjagaku.

Selama ini aku hidup dalam ketakutan bahwa masa depan tak sebaik yang kuingin. Masa ini menjenuh dan berjalan lambat, menyisakan aku yang terdiam dan bertanya. Aku bingung, siapa aku? Cukup kuatkah aku untuk menjadi baik? Selentingan sana sini mengoyak dan memincangkan, apalagi keluar dari mulut yang tersayang. Adakah yang bisa menjelaskan, dari sisi mana sayang itu mengoyak?
"Kamu mengecewakan,"
"Kamu bisa lebih baik dari ini"
Kamu ini kamu itu
Memangnya kalian orang terbaik di sini? Kritiklah aku sesukanya, aku tidak makan dari mulut kalian! Ingin aku berkata seperti itu. Namun tidak bisa, kalian berharga untukku. Cinta yang membuat aku lemah, akankah cinta sebaliknya? Kapan cinta menguatkan, ya, cinta Ibuku menguatkan. Aku tidak akan mencintai orang yang melemahkanku, kuingin menjadi abnormal yang membuat kalian menganga.
Diriku yang dulu, aku tahu kamu akan kembali. Seperti biasa, kutetap menunggumu sampai hitungan ke sepuluh; dan kuyakin kamu kembali, membantuku mengubah dunia.

Hilang

Senyap
Lenyap
Ke mana tubuh ini akan membawaku
Menembus angin yang mulai membeku

Makanan terasa anyap
Tak peduli nafas yang mulai pengap
Di mana kamu, yang dulu?
Yang muncul dan mencegah jalan buntu

Aku butuh kamu, Hilda yang yang tegap
Yang berdiri kokoh saat aku terhenyak
Aku butuh kamu, diri ini mulai rapuh
Ke mana kamu pergi, setelah masa-masa sulit berlalu

Diriku merindu
Si pemilik hati pilu
Setengah diriku menunduk
Mencari diriku yang dulu


Yogyakarta, 28/4/17
Sang pujangga mulai menulis lagi