Ini adalah mimpi terakhirku. Sepertinya sejak saat itu, aku kehilangan semua goresan pelangi dan berganti dengan titik-titik ungu. Kalian tahu bagaimana seorang gadis yang dulu penuh pengharapan berubah menjadi dingin dan beku? Itu yang aku alami. Aku lelah bermimpi. Aku lelah mencita. Aku lelah. Rasanya seperti berada di titik didih dan perlahan-lahan menyusut. Yang tersisa hanya ungu. Ungu yang kurangkai dan tersusun menjadi selembar cerita pilu di bawah hujan. Ungu yang menjadi jejak keharuan yang dulu mengelambui hari-hari sendu. Aku lelah, meski tangga nirwana terbuka lebar, aku tak sanggup meniti tiap tapaknya. Aku terlalu lelah dan haus akan pembuktian.Semua ini terjadi karna kau, bintang. Tatapanmu membutakan dan gelagatmu menjerat hasratku untuk mencinta lagi. Pernah banyak bintang lain yang menghias langit hatiku, tapi mereka menyusut dan meninggalkan keunguan. Lebam. Lebam di hatiku. Aku berharap kaulah yang terakhir, yang mampu menerangi relungku yang kacau balau. Aku berharap kau berbeda. Tapi lagi. Lagi! Kau sama seperti mereka. Kau tempati langit lain selain langitku. Kau mencintainya, bukan aku. Lalu apa arti tatapan itu? Hanya sebuah onggokan tai? Hah?! Sudahlah, aku malas bersedih, aku malas berdebat, aku terlalu lelah. Dan kupastikan, ini adalah mimpi terakhirku, mimpi untuk mendapat sebuah bintang hati.... Selamat tinggal bintang, selamat tinggal cahaya.