Rabu, 22 Februari 2012

Menulis itu... Bernafas

Mereka bilang aku dilahirkan untuk menulis... Mereka benar, karena aku bernafas melalui untaian kalimat ini...

Menulis hampir sama kayak makan kepiting asem manis, awalnya susah untuk ngebuka cangkangnya-tapi setelah nyoba dagingnya....Kamu akan ketagihan. Lagi dan Lagi! Itulah yang selama ini aku rasakan. Walau belum layak disebut "penulis" tapi aku cukup puas melihat antusiasme teman-teman setelah mereka membaca cerpenku. Kebahagiaan adalah saat mereka (semua orang yang membaca cerpen atau tulisanku) merasakan jiwa yang sayup-sayup bersembunyi. Dengan kata lain, aku bahagia saat mereka terbius oleh jiwa yang kutanamkan di setiap kalimat yang tertulis di selembar HVS itu.
Dengan menulis aku bahagia, sepertinya separuh jiwaku lepas dan menari di angan mereka. Ya, sebuah kebebasan yang sulit kudapatkan di sini, di hidup nyataku. Aku tidak perlu rangkaian kata rumit untuk jadi indah. Aku tidak perlu alur merangkap puzzle untuk jadi spesial. Yang aku butuh hanyalah jiwa. Ya, jiwa yang kupupuk kata demi kata per kalimat. Jiwa yang kusirami dengan kepekaan dan jiwa yang menuntut untuk bebas. Suatu hari nanti aku ingin menjadi seperti Dee. Ralat. Suatu hari nanti aku akan menjadi seperti Dee. Akan kubiarkan rajutan paragraf ini membuai mereka yang haus akan jiwa. Akan kukirimkan kalimat-kalimat yang mengalir indah.. Tanpa batasan, tanpa celaan. Seperti bernafas.

Minggu, 12 Februari 2012

If My Life is That Easy

Kalau hidupku semudah itu, mungkin aku akan bersemangat untuk menjalani setiap hariku-atau malah bosan dengannya.

Kemarin. Aku dipaksa berkumpul sama komunitas yang gak aku sukai. Komunitas yang maksa aku memakan makanan yang melebihi batas-yang mengharuskan aku lari muter sekolahan. Komunitas yang maksa aku buat jadi a-girl-with-a-proportional-body. Komunitas yang maksa aku buat jadi wanita yang sempurna. Coba kalo gak ada orang itu. Mungkin aku gak bakal ikut komunitas itu lagi -_-
Dan hal inilah yang ngebuat aku membenci komunitas itu!
"Kalian harus pake sun block, maskeran, luluran. Jaga kulit. Soalnya biasanya yang bisa nempatin posisi tertinggi itu yang kulitnya putih-putih. Yang cantik,"
Sial. Aku gak suka cara pandang orang itu. Mungkin karena aku jelek, kulitku gak putih- tipe kulit yang gampang banget hitam dan berminyak. Dan karena aku mandang sesuatu bukan dari hal itu aja!

I'm not that ambitious! Cara pikirku gak serumit itu- dan bisa dibilang aku gak suka sesuatu yang rumit atau bahkan kalian bisa manggil aku bloon. Aku bukan tipe orang yang tahan untuk menjadi cantik. Ya, aku naif, aku aneh dan aku adalah satu-satunya orang di komunitas itu yang langsung mengerutkan wajah waktu ndenger si mbak-sok-putih itu secara gak langsung bilang "kalo kamu jelek, kamu gak bakal bisa survive," 

Ah sial.
Emang gak ada yang salah sih, omongan mbak itu juga maksudnya baik. Mungkin aku aja yang sensi dan gampang tersinggung. Tapi gimana lagi? Inilah reaksi pertamaku waktu denger itu. Seandainya dalam hidupku ini aku gak harus pulang malam setiap harinya. Seandainya setiap hari aku punya waktu untuk belajar. Seandainya hidupku gak harus dihabiskan dengan badan yang sakit-sakit karena olahraga yang kelewat berat. Seandainya hidupku semudah itu.
Tapi, apa aku gak bosan dengan hidup yang mudah? Manusia emang gak pernah puas. Dikasih hidup yang susah, bosen. Dikasih hidup yang berat, ngeluh.

Dan sekarang, aku berhenti mengetik, mendongak ke langit dan mencoba mencari hikmah di balik hidupku yang rumit- yang coba aku tulis di blog ini.

Dan inilah yang bisa kukatakan pada kalian dibalik pertentangan batin yang sedang aku hadapi :

Hidup ini mudah, selama kamu menjalaninya dengan gembira. Dan saat kamu penat dan hidupmu terasa berat, diamlah sejenak. Syukuri hari ini dan keajaiban kecil yang kamu alami. Lupakan esok, lupakan kemarin. Kamu hanya perlu menjalani hari ini- Hilda