Ingin keluar aku dari jeratnya, namun kubertahan. Berakhir di sinilah aku, berjalan walau terseok di tajamnya aspal kehidupan.
Siang itu, seperti biasa aku masih terduduk di kursi bagian belakang. Tertunduk, mencatat melodi-melodi indah yang dialunkan. Yang lain sibuk bercanda tawa berbarengan, tanpa aku. Di situlah perasaan ini mulai menyeruak. Hitam, pekat, merasuk mulai dari tengkuk hingga ke ubun-ubun. Gelap, sendirian. Tak ada yang sudi tuk jadi percikan, warna-warna mulai memudar, meninggalkanku dalam kepekatan. Aku sendirian, namun kucoba abaikan semua. Dan di sinilah aku, masih mencatat melodi-melodi indah yang dialunkan.