Malam ini aku terbangun dengan jantung yang berdebar-debar. Keringat bercucuran dan nafas tersengal-sengal. Aku baru saja berteriak dalam tidurku. Ini kejadian kedua kali yang aku alami dalam 2 tahun. Rasanya aneh bangun dalam ketakutan dan juga berteriak sebelum bangun. Kecewa rasanya menyadari bahwa teriakanmu mengganggu tetangga kamarmu, sedih rasanya mengetahui bahwa kamu takut untuk tidur. Takut, jika bayangan hitam itu muncul lagi. Aku tidak percaya takhayul, aku yakin kejadian ini hanyalah manifestasi dari emosi-emosi negatif yang selama ini aku pendam. Setiap hal pasti punya penyebab rasional yang menyertainya. Emosi negatif itu mungkin muncul semenjak aku memutuskan untuk tidak sebebas dulu mengumbar perasaanku. Menurutku, perasaan adalah hal privasi yang tidak bisa sembarangan aku buka, bahkan pada orang-orang terdekatku. Ya, sekali lagi itu hanyalah asumsi. Toh aku tidak boleh menyimpulkan terlalu cepat. Aku berharap ini adalah kejadian yang terakhir, aku tidak mau terbangun dengan nafas terengal-engal dan teriakan lagi, karena berhadapan dengan emosi negatif dan perasaan takut yang berusaha aku pendam itu menggelikan. Kini, aku terpaksa menghadapi hal yang selama ini aku hindari; diriku versi jelek, tidak seperti versi baik dan berani yang selama ini aku tunjukkan pada orang-orang. Diriku versi lemah, yang ketakutan. Kejadian ini membuatku yakin bahwa aku manusia yang penuh kelemahan dan ketakutan; aku tidak perlu jadi superman yang tidak pernah takut. Ketakutan inilah yang membuatku merasa masih jadi manusia.
Aku harap aku tidak perlu berlari dan berteriak lagi dalam menghadapi ketakutanku. Aku harap aku bisa berjuang menghadapi gangguan tidur ini. Satu hal yang aku tahu, aku tidak boleh tidur dini hari lagi dalam keadaan capek dan tidak nyaman, karena bayangan hitam itu; ketakutan dan emosi negatifku, selalu muncul di saat aku lengah. Aku harus lebih rileks dan mengendalikan emosiku, mencegahnya membludak dan merugikanku. Akulah pahlawan yang bisa menolong diriku sendiri, aku tidak boleh berhenti untuk berjuang.