Waktu berputar, seperti awan yang kulihat pagi ini, terus menjauh dan pergi. Saat aku sampai di persimpangan, kulihat refleksi jiwa. Seorang gadis yang berbeda dariku. Ia bukan aku, dan aku pun tak tahu siapa dia... Ia berbeda dariku-setidaknya diriku yang dulu. Aku benci mengatakan ini, tapi aku tak pernah nyaman menjadi diriku. Bahkan sebelum aku memasuki neraka kecil ini. Aku tak pernah suka padaku. Kadang ketakutan menyeruak dan menengggelamkan, aku yang tak berdaya hanya mengikut, perlahan lalu tenggelam. Aku memang terlalu sendu, aku bukan pemberontak- aku hanya bisa menangis dalam sepi. Dalam sepi aku memohon, dapat sepi aku mendendam, dalam sepi aku terbuai. Dan Ia datang, membawa secercah cahaya. Ia yang selalu ada saat ku terbang, terlebih saat kujatuh. Ia yang berjanji akan membawaku ke tanah terjanji. Ia yang selalu ada, Ia yang tak pernah membenciku, Ia yang Empunya Kerajaan Allah. Aku tidak tahu apa jadinya aku tanpaNya. Ia lah yang membantuku menginjak ketakutanku. Hanya dengan memikirkanNya saja aku bahagia. Ialah cahaya hidupku. Aku manusia berdosa, yang memohon ampun padaNya. Dan Ia-lah Tuhanku, Gembala yang memiliki hati seluas samudera, pengampunan seindah dunia dan cinta seterang mentari. Ia-lah Yesus Gembalaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar