Sebuah pohon menggugur, rontokkan bunga merona yang jatuh dan hampir hilang. Tanah akan mengurai bunga, akankah pohon hanya terdiam?
Bunga itu kecil, mungil dan berkilauan. Mirip permata yang sengaja dibuang tuk hilangkan keindahannya. Seperti bayi yang tak bernoda, tak tahu apapun.
Si pohon sosok tegar dan tegap yang tak terkikis tertiup angin, ia mencoba kuat, tapi tak bisa. Ia ingin bersama bunga dan menguntai kisah dengannya, selalu. Melewati tahun demi tahun emas yang mungkin akan membentang.
Tanah. Ciptaan Hyang yang jadi pemisah. Ia akan mengurai dan menyerap keindahan bunga. Relakah? Keindahan akan hilang dan tertiup graviti. Bagai lumpur hisap, ia perlahan menyerap kebahagiaan si bunga. Ironis, tapi terjadi. Dapatkah pohon bergolak dan menentang dunia? Dapatkah ia bergerak dan selamatkan bunga?
Entahlah, begitulah perasaanku padamu. Aku ingin mempertahankan perasaanku, tapi haruskah diam jadi balasan? Sebuah analogilah yang menjelaskan bagaimana inginku. Dan bagaimana dirimu di mataku.
Sent from BlackBerry® on 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar